Persebaran Flora dan Fauna Indonesia - Negara kita adalah negara dengan wilayah kepulauan
yang terdiri atas 17.000 pulau lebih. Di pulau-pulau itu hidup berbagai macam
flora dan fauna yang membuat negara kita diakui sebagai negara dengan keragaman
hayati tertinggi di dunia. Indonesia memiliki tumbuhan jenis palem terbanyak di
dunia, yaitu 400 jenis. Di Indonesia juga tumbuh sekitar 25.000 jenis tanaman
berbunga atau peringkat ketujuh di dunia.
Keberadaan flora ini menopang kehidupan
fauna. Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia yang mempunyai jenis
mamalia terbanyak, yaitu 515 jenis. Indonesia juga menjadi negara peringkat
pertama di dunia yang mempunyai jenis kupu-kupu terbanyak, yaitu 121 jenis.
Dari segi jenis reptil, Indonesia menduduki peringkat tiga di dunia dengan 600
jenis, peringkat empat untuk burung (1.519 jenis), dan peringkat kelima untuk
amfibi (270 jenis). Data-data itu menunjukkan betapa negara kita memiliki
kekayaan yang luar biasa. Kekayaan ini telah lama menyita perhatian dunia
sehingga begitu banyak peneliti dan pemburu yang datang ke Indonesia.
Dari seluruh flora dan fauna itu,
sebagian besar merupakan flora dan fauna endemi, artinya tidak ada di wilayah
negara lain. Flora dan fauna itu mempunyai kekhasan tersendiri. Kekhasan itulah
yang menimbulkan minat para ilmuwan untuk datang ke Indonesia. Salah satu ilmuwan
itu adalah Alfred Russel Wallace yang berasal dari Inggris. Ia
mengadakan penjelajahan di Indonesia selama delapan tahun, sejak tahun 1854
sampai dengan 1862. Dari penjelajahan itu, Wallace menemukan beberapa keanehan
menyangkut persebaran fauna.
Wallace mendapati fauna yang ada di Sumatra
juga banyak terdapat di Kalimantan. Beberapa ikan air tawar di Sumatra juga
terdapat di Kalimantan, padahal di antara dua pulau itu terdapat perairan laut
yang cukup luas, yaitu Selat Karimata. Tidak mungkin ikan air tawar itu
menyeberangi perairan laut yang asin. Anehnya
ikan air tawar di Pulau Sulawesi berbeda
dengan di Kalimantan. Padahal selat yang memisahkan lebih sempit dibanding
Selat Karimata.
Keanehan lain yang ia dapati di Pulau
Sulawesi adalah burung. Ia sama sekali tidak mengira bahwa jenis burung yang
hidup di Sulawesi berbeda dengan burung yang hidup di Kalimantan. Ini sangat
aneh mengingat burung dapat terbang menyeberangi Selat Makassar yang lebih
sempit dibanding Selat Karimata. Keadaan iklim di Kalimantan dan Sulawesi pun
sama. Begitu juga dengan kondisi geografisnya tidak jauh berbeda.
Itulah sekilas uraian yang menggambarkan
betapa beragamnya flora dan fauna di Indonesia. Untuk mengetahui lebih detail
bagaimana persebaran flora dan fauna Indonesia, kita akan mengulasnya bersama.
Kita akan mengenali flora dan fauna di Indonesia serta persebarannya.
Penjelasan Persebaran Flora di Indonesia - Tidak semua biom ada di Indonesia. Tundra dan gurun
tidak ada di Indonesia. Biom yang ada di Indonesia antara lain hutan hujan
tropis, hutan musim, dan sabana. Melalui biom inilah kita akan mengetahui
persebaran flora di Indonesia. Mari kita bahas satu per satu.
Indonesia termasuk wilayah dunia yang
memiliki hutan hujan tropis cukup luas. Ini tentu saja erat kaitannya dengan
iklim di Indonesia yang sangat mendukung terbentuknya biom tersebut. Biom ini
terbagi menjadi beberapa subbiom sebagai berikut.
1) Hutan Hujan Pegunungan
Tinggi
Hutan hujan pegunungan tinggi terdapat di
sebagian wilayah Sumatra, Sulawesi, Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Ciri-ciri hutan hujan pegunungan tinggi
sebagai berikut.
a) Terdapat pada ketinggian 1.500–2.400 m dpl
(meter di atas permukaan laut).
b) Jenis tumbuhannya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan hutan hujan pegunungan rendah.
c) Biasanya pohon-pohonnya berdiameter lebih
besar, daun-daunnya lebih kecil, dan tidak berakar papan.
d) Pohon-pohon yang paling umum dijumpai
antara lain berangan/riung, waru batu/waru teja, dan cemara.
2) Hutan Hujan Pegunungan
Rendah
Ciri-ciri hutan hujan pegunungan rendah
sebagai berikut.
a) Terdapat pada ketinggian 500–1.500 m dpl.
b) Tingkat variasi jenis tumbuhannya sangat
kuat yang terdiri atas tiga tingkat, yaitu:
(1) tingkat pertama mencapai tinggi 30–40 m
dan ada yang tingginya 50–60 m,
(2) tingkat kedua mencapai tinggi 15–20 m,
serta
(3) tingkat ketiga mencapai tinggi 5–10 m.
c) Pohon-pohon riung/meranak dan petir
membentuk atap hutan, sedang pohon-pohon rasamala serta cemara gunung merupakan
pohon-pohon tertinggi yang menyeruak keluar dari atap hutan.
3) Hutan Tropika Dataran
Rendah
Hutan tropika dataran rendah juga sering
disebut hutan keruing atau hutan lagan. Jenis hutan ini mempunyai flora yang
paling kaya dan beraneka ragam jika dibandingkan dengan jenis-jenis hutan
lainnya di dunia.
Hutan tropika dataran rendah di Indonesia
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hutan tropika dataran rendah di kawasan
barat Indonesia dan hutan tropika dataran rendah di kawasan timur Indonesia.
Hutan tropika dataran rendah di kawasan barat
Indonesia didominasi oleh suku keruing dengan banyak jenis dari marga mersawa,
pohon kapur, balau, damar, meranti, dan giam. Sebanyak 70% dari jenis-jenis
pohon tersebut berdiameter 40–80 cm, 25% berdiameter 80–120 cm, dan 4%
berdiameter lebih dari 120 cm.
4) Hutan Subalpin
Hutan subalpin juga disebut hutan kabut atau
hutan berlumut. Hutan ini banyak terdapat di Papua di mana terdapat pegunungan
yang tinggi.
Ciri-ciri hutan subalpin sebagai berikut.
a) Terdapat pada ketinggian 2.400–4.000 meter
di atas permukaan laut.
b) Pohon-pohonnya rapat, tetapi rendah.
Tinggi pohon berkisar antara 8–20 meter.
c) Jumlah jenis pohon sedikit dengan
batang-batang yang membengkok dan diselimuti berjenis-jenis lumut.
5) Hutan Pantai
Juga dikenal sebagai formasi butun. Jenis
hutan ini terdapat di dinding pantai di belakang pantai-pantai berpasir yang
dihuni oleh biota pantai.
Adapun ciri-ciri hutan pantai sebagai
berikut.
a) Hutan ini dihuni oleh berbagai jenis pohon
butun seperti dadap, pandan laut, dan cemara laut.
b) Susunan tumbuhan hutan pantai di
daerah-daerah yang basah serupa dengan di daerah kering musiman.
6) Hutan Mangrove
Hutan mangrove juga disebut hutan bakau atau
hutan air payau. Hutan bakau tumbuh subur di daerah pantai berlumpur yang
terlindung, terutama pada daratan menjorok ke laut. Di hutan ini zonasi
jenis-jenis pohon yang mendominasi hampir sejajar dengan garis pantai.
Adapun ciri-ciri hutan bakau sebagai berikut.
a) Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau
berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan
karang.
b) Lahannya tergenang air laut secara berkala
setiap hari sampai daerah yang hanya tergenang saat pasang purnama.
c) Mendapat cukup pasokan air tawar dari
darat yang berfungsi untuk menurunkan salinitas serta menambah pasokan unsur
hara dan lumpur.
d) Airnya payau dengan salinitas antara 2–22
ppm (1 ppm = 0,05%) atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppm.
Zona atau daerah hutan mangrove yang ke arah
daratan, pada umumnya bercampur dengan rawa air tawar. Daerah semacam ini
diduga ada kaitannya dengan salinitas dan sifat-sifat tanah. Zonasi hutan
mangrove di Jawa, Maluku, dan kemungkinan di pulau-pulau lainnya cenderung
serupa dengan zona hutan mangrove di Sumatra.
Adapun hutan mangrove di Sumatra dibagi menjadi
empat sebagai berikut.
a) Zona pionir, yang dirajai oleh api-api
sering berasosiasi dengan perepat laut.
b) Zona burus, bakau, dan belabu/niri.
c) Zona nipah, yang juga sering berasosiasi
dengan perepat laut.
d) Zona hutan rawa gambut.
Indonesia memiliki hutan bakau terluas di
dunia, kemudian disusul Nigeria, Meksiko, dan Australia. Menurut perkiraan,
luas hutan bakau di Indonesia mencapai 4,25 juta hektare (Giesen, 1993).
Sekarang luas tersebut sudah mengalami penyusutan akibat berbagai alih fungsi lahan
menjadi lahan pertambakan, pertanian, dan permukiman. Hutan bakau terluas di
Indonesia terdapat di Papua (58%), Sumatra (19%), dan Kalimantan (16%).
Flora yang hidup di hutan bakau Indonesia
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis herba tanah,
44 jenis epifit, dan 1 sikas. Di hutan bakau terdapat 47 tumbuhan hutan bakau
sejati, antara lain bakau, burus, palem, perepat, dan api-api.
7) Hutan Rawa
Hutan rawa adalah hutan yang tumbuh di
daerah-daerah rawa. Tanah rawa terdiri atas tanah aluvial atau tanah gambut.
Tanah aluvial terbentuk dari hasil endapan aliran sungai. Sedangkan tanah
gambut terbentuk dari hasil pembusukan tumbuh-tumbuhan rawa yang sudah mati.
Rawa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rawa pasang surut dan rawa
nonpasang surut.
a) Rawa pasang surut adalah rawa yang
terdapat di daerah pesisir yang pada umumnya dipengaruhi oleh pasang surut air
laut.
b) Rawa nonpasang surut adalah rawa yang
terdapat di daratan yang letaknya jauh dari pantai, tetapi di dekat sungai atau
lahan basah lainnya.
Hutan rawa di Indonesia dikelompokkan menjadi
dua sebagai berikut.
a) Hutan Rawa Gambut
Tipe hutan ini terdapat di perairan
oligotrofik, yaitu perairan yang sangat rendah kandungan zat haranya untuk
kehidupan binatang dan tumbuhan. Keadaan ini memungkinkan terbentuknya gambut.
Lapisan gambut yang terbentuk dapat sangat dalam (mencapai 20 m) dan
diameternya bisa mencapai beberapa kilometer.
Hutan rawa gambut terbentuk di daerah pesisir
sebagai lahan basah pesisir maupun lahan basah daratan yang mengandung kumpulan
gambut dalam jumlah yang besar/ tebal.
Adapun ciri-ciri hutan rawa gambut sebagai
berikut.
(1) Terletak di daerah pesisir sebagai lahan
basah pesisir maupun lahan basah daratan di belakang hutan bakau.
(2) Lapisan gambut pada hutan rawa gambut
sangat besar atau tebal.
(3) Keadaan tanahnya miskin unsur-unsur hara
(mineral yang diperlukan tumbuhan).
(5) Pohon-pohonnya memiliki garis tengah yang
sangat kecil.
Indonesia merupakan negara yang memiliki
hutan rawa gambut terluas di dunia (Sanda, 1996). Luas hutan rawa gambut di
Indonesia antara 16,5–27 juta hektare. Hutan rawa gambut terluas di Indonesia
terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan. Di
Pulau Jawa hanya terdapat sedikit hutan rawa gambut, yaitu Rawa Danau di Serang
(Banten).
Tumbuhan yang hidup di hutan rawa gambut
adalah ramin, suntai, semarum, durian burung, terentang, dan meranti rawa.
Tumbuhan tersebut memperlihatkan zonasi yang memusat. Di Kalimantan hutan rawa
gambut berpusat pada suatu pulau pasir. Di Sumatra jenis tumbuhannya berpusat
pada endapan gambut yang paling tebal. Semakin ke pinggir, ketebalan endapan
gambut semakin berkurang.
b) Hutan Rawa Air Tawar
Hutan rawa air tawar merupakan tipe lahan
basah yang biasa ditemukan pada tanah aluvial dataran rendah.
Adapun ciri-ciri hutan rawa air tawar sebagai
berikut.
(1) Terletak di antara dua sungai dan jauh
masuk ke pedalaman atau pada dataran luas dekat pantai serta berada di antara
hutan rawa gambut dan hutan dataran rendah.
(2) Digenangi air secara tetap atau musiman,
baik air hujan maupun limpahan air sungai.
(3) Lapisan gambut pada hutan air tawar hanya
sedikit atau tidak mengandung gambut sama sekali.
(4) Tanahnya berupa tanah aluvial yang subur
dan memiliki sistem pengairan yang baik.
(5) Air yang menggenangi berasal dari air
hujan, air sungai, dan air permukaan lainnya.
(6) Pohon-pohonnya memiliki garis tengah
(diameter) lebih kecil jika dibandingkan pohon-pohon pada hutan dataran rendah,
tetapi lebih besar jika dibandingkan pohon-pohon pada hutan rawa gambut.
(7) Pada musim kering terdapat sisa-sisa atau
bekas genangan air.
Sesuai dengan ciri-ciri tersebut, maka hutan
rawa air tawar terdapat sangat luas di daerah-daerah dataran rendah yang
memiliki sungai-sungai yang besar, misalnya di Sumatra, Kalimantan, dan Papua.
Hutan rawa air tawar di ketiga wilayah tersebut meliputi 95% dari seluruh hutan
rawa air tawar mula-mula di Indonesia. Hutan rawa air tawar juga dapat
ditemukan di Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara. Salah satu di antaranya adalah
hutan rawa air tawar yang terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon yang merupakan
habitat terakhir badak jawa.
Mula-mula hutan rawa air tawar di Indonesia
mencapai luas ±103 juta hektare (Bappenas, 1993). Namun, sampai dengan 2006,
luas hutan tersebut diperkirakan tinggal 23 juta hektare. Diperkirakan semakin
menyusut lagi karena sebagian besar telah dialihkan sebagai lahan pertanian dan
perikanan. Lahan pertanian bekas hutan rawa air tawar mempunyai tanah yang
subur. Unsur hara yang dikandungnya juga mendukung dikembangkan sebagai
perikanan.
8) Hutan Kerangas
Hutan kerangas terdapat pada tanah-tanah
podsol dari pasir kuarsa yang miskin hara dan sangat masam, serta keadaan iklim
yang sama dengan hutan hujan dataran rendah. Akan tetapi, struktur fisiognomi
dan floranya berbeda dari hutan hujan dataran rendah.
Adapun ciri-ciri hutan kerangas sebagai
berikut.
a) Pohon-pohonnya kerdil dan jarang serta
atapnya terbuka, sedangkan jenis tumbuhan di bawahnya rapat dan berkayu.
b) Tumbuhan yang dominan adalah jenis
jambu.
Jenis-jenis pohon utama lainnya adalah
cemara, perepat darat, blangeran, giam padi, giam tembaga, gerunggang, melur,
melur tali, sekel, dan damar. Jenis-jenis perdu dan herba juga terdapat pada
hutan ini. Hutan kerangas terdapat di Pulau Bangka, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua.
9) Hutan Batu Kapur
Hutan batu kapur terdapat pada areal sempit
dengan habitat dan floranya yang khas. Pada hutan ini terdapat jenis-jenis
flora endemik (hanya terdapat di tempat-tempat tertentu) dan langka.
10) Hutan pada Batu
Ultrabasik
Terdapat di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Tanahnya berasal dari serpentinit dan mengandung unsur besi (Fe) serta
magnesium (Mg) tinggi, tetapi kandungan silikonnya (Si) rendah. Selain itu,
juga mengandung unsur-unsur lain yang merupakan racun bagi tanaman dalam jumlah
banyak, terutama nikel, kobalt, dan kromium. Jenis tumbuhannya bervariasi,
mulai dari semak-semak yang terbuka sampai pohon-pohon yang tinggi dan rapat.
Susunan tumbuhannya dapat sangat lain (merambat dengan batang berkayu panjang)
atau mirip dengan hutan pada tanah-tanah yang lain.
1) Hutan Monsun Gugur Daun
Hutan monsun gugur daun terdapat di Pulau
Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan.
Adapun ciri-ciri hutan monsun gugur daun sebagai berikut.
a) Terdapat pada ketinggian 0–800 m dpl.
b) Beriklim musiman, biasanya jumlah
penguapan melebihi banyaknya curah hujan.
c) Curah hujannya kurang dari 1.500 mm/tahun.
Pada musim kering, jumlah curah hujan kurang dari 60 mm/tahun.
d) Ada pohon-pohon yang tingginya di bawah 25
m, biasanya bercabang di bawah.
e) Jumlah jenis pohonnya sedikit.
f) Anakan pohon jarang terdapat.
g) Tidak dijumpai paku pohon, pohon kapur,
pakis kurung/paku payung, maupun daun kendi.
h) Bambu sering ditemukan, juga
tumbuh-tumbuhan bawah yang kebanyakan berupa rumput.
i) Di Sumbawa jenis-jenis pohon yang umum
dijumpai, yaitu tanggulun/katos, kesambi, dan lanji/walikukun.
j) Di Timor dan Wetar dijumpai hutan kayu
merah pada dataran rendah. Jenis-jenis pohon yang membentuk hutan angsana
antara lain meliputi angsana, upas, penjalinan, dadap, dan balok.
k) Di Jawa, Madura, dan Kangean terdapat
formasi hutan jati.
2) Hutan Monsun yang Selalu
Hijau
Hutan monsun yang selalu hijau terdapat di
Pulau Sumbawa, Timor, dan Wetar. Di Pulau Sumbawa hutan monsun terdapat pada
ketinggian 800–1.000 m dpl dan di Pulau Timor serta Wetar terdapat pada
ketinggian 1.000 m dpl dan dirajai oleh Eucalyptus (ampupu). Hutan Eucalyptus
tersebut selain dibentuk oleh ampupu, juga oleh jenis-jenis pohon lainnya
antara lain sengon, kayu embalo, jambu, pakis, dan kayu tahun.
c. Sabana
Sabana (savana) adalah tanah bersistem
pengairan baik yang sebagian besar ditutupi rumput, semak (kurang dari 50%),
dan pohon (antara 10–30%). Jika tanah tersebut ditutupi rerumputan dan
paku-pakuan (lebih dari 50%) serta pohon dan semak (kurang dari 10%), disebut
padang rumput (grassland/grass savana). Sabana tumbuh di daerah yang curah
hujannya sedikit hingga sedang. Sabana biasanya dimanfaatkan untuk usaha
peternakan, yaitu sebagai lahan penggembalaan. Sabana banyak terdapat di Nusa
Tenggara dan Sulawesi Selatan.
Pohon-pohon yang merajai pada sabana yang
terdapat di kawasan timur Indonesia adalah kayu putih. Di Flores, Timor, Alor,
Wetar, dan Papua bagian selatan, dirajai oleh tumbuhan akasia dan ampupu (Eucalyptus).
Di Jawa Timur dan pulau-pulau lain di Nusa Tenggara Timur, jenis-jenis pohon
yang merajai adalah dari marga lontar dan gebang.
Di Pulau Timor terdapat empat jenis sabana
sebagai berikut.
1) Sabana cemara gunung pada ketinggian
100–125 m dpl.
2) Sabana akasia dan ampupu pada ketinggian
600–700 m dpl.
3) Sabana Eucalyptus platyphylla ditemukan
pada daerah yang bergelombang di dataran rendah.
4) Sabana kayu putih ditemukan pada
ketinggian di atas 900 mdpl.
Berdasarkan luas hutan yang ada di Indonesia,
hutan hujan tropika meliputi areal yang paling luas (66 juta hektare), diikuti
oleh hutan sekunder (23 juta hektare), padang alang-alang (16 juta hektare),
hutan rawa air tawar (13 juta hektare), dan tipe-tipe hutan lainnya (4 juta
hektare).
Demikianlah materi Persebaran Flora
di Indonesia, selanjutnya pelajari juga Persebaran Fauna di Indonesia,
semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar